Teologi Kontekstualisasi


PENDAHULUAN
            Kontekstualisasi sudah ada sejak zaman Perjanjian Lama, bahkan Allah sendiri menyatakan diriNya kepada umat manusia melalui kebudayaan manusia.  Dengan kata lain Allah sedang berkontekstualisasi.  Salah satu cara Allah berkontekstualisasi dengan manusia adalah, Ia memperkenalkan bangsa pilihanNya dengan menyamakan diriNya sebagai seorang Gembala.  Kenapa Allah lebih memilih menyamakan diriNya sebagai seorang Gembala?
            Paper ini akan membahas tentang arti dan tujuan mengapa Allah lebih memilih untuk menyamakan diriNya sebagai Gembala, dan apa yang sebenarnya yang membuat istilah Gembala itu menjadi istimewa.  Dengan mengadakan studi pustaka, penulis akan berusaha mencari jawaban atas pertanyaan di atas.  Biarlah jawaban yang dikemukakan oleh penulis dapat menjadi pengetahuan bagi para pembacanya.

Pastoral


PENDAHULUAN
            Dewasa ini banyak pemimpin gereja telah kehilangan ciri khasnya sebagai seorang pemimpin jemaat.  Para pemimpin gereja yang seharusnya menjadi Gembala bagi jemaatnya telah banyak mengalami perubaha yang sangat signifikan.  Sifat keteladanan Gembala yang sudah di turunkan dari Allah dan Yesus dalam memimpin dombanya telah berubah menjadi kepemimpinan dunia.  Banyak dari para pemimpin gereja hanya mementingkan kepentingan dirinya sendiri dan mulai melupakan panggilannya sebagai Gembala Allah.
Dalam paper ini berisi tentang tugas dan tanggungjawab seorang Gembala.  Bagaimana seorang Gembala memimpin gomba-dombanya.  Bagaimana kehidupan mereka yang harus menjadi teladan bagi masyarakat sekitarnya dan apa-apa yang harus ia lakukan dan tidak boleh dilakukan.  Paper ini dibuat untuk mencari sifat dasar seorang pemimpin Gembala yang ditinjau dari ajaran Alkitab, biarah melalui paper ini kita yang membacanya dapat menjadi Gembala-gembala domba Allah yang baik sesuai dengan teladan yang sudah di berikan Allah.

Tafsir Kitab Wahyu 6:2


PENDAHULUAN
Kuda putih dengan penunggangnya yang membawa panah sangat sulit untuk ditafsirkan dan merupakan kunci untuk menafsirkan ketiga kuda selanjutnya (Why 6:2), timbulah pertanyaan di dalam benak penulis mengenai arti simbol dari kuda putih dengan orang yang menungganginya memegang sebuah anak panah dan kepadanya dikaruniakan sebuah mahkota lalu ia maju sebagai pemenang, yang muncul ketika keenam metrai pertama dibuka.  Bagi penulis simbol ini sangat menarik menantang penulis untuk mencari arti yang tepat. 
Pastilah simbol kuda putih dalam nast ini memiliki maksud yang khusus.  Oleh karena itu penulis akan berusaha untuk mencari apa arti dari simbol kuda putih dalam kitab (Why 6:2) dengan melakukan penelitian dari berbagai sumber-sumber yang dianggap dapat membantu, dan menggunakan metode penafsiran yang sesuai dengan jenis sastra kitab tersebut.  Penulis akan berusaha untuk mendapatkan jawaban yang sesuai dengan maksud Rasul Yohanes dan dapat dipertahankan kebenaranya berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

Persepsi


PENDAHULUAN

            Apakah yang dimaksud dengan istilah persepsi?  Tugas ini diberikan kepada penulis sebagai syarat mengikuti mata kuliah psikologi umum. Istilah persepsi bagi penulis sendiri sangat asing.  Dari mendengarkan namanya saja kedengaran bahwa persepsi itu berasal dari bahasa asing.  Melalui paper ini penulis mencoba untuk mencari apa arti kata persepsi itu dan mencoba menyelidiki lebih dalam lagi mengenai kata itu, bukan hanya arti katanya saja tetapi juga hal-hal yang berhubungan dengan istilah kata persepsi itu sendiri.

            Penulis telah mencari dari beberapa sumber dari internet untuk mencari arti istilah kata Persepsi serta hal-hal yang berhubungan dengan persepsi.  Sumber-sumber tersebut diyakini kebenarannya oleh penulis karena dilihat dari latarbelakang penulisnya.  Melalui paper ini, penulis berharap dapat menjawab dan menyelesaikan tugas psikologi umum dengan baik.  Dan bagi para pembaca dapat memahami isi tulisan ini dengan baik pula.

Tafsir 1Korintus 11:2-16 Wanita Berkerudung


Wanita Berkerudung
1Korintus 11:2-16


Latar Belakang
            Di kota Korintus penduduknya sangat bangga atas pengetahuan-pengetahuannya, serta kebijaksanaannya.  Banyak dari antara mereka yang sangat mementingkan pelajaran bahasa asing, kesusilaan dan filsafat dunia.  Pada akhirnya orang Korintus suka berpidato.  Tapi sayang kekayaan dan keindahan tersebut merosot.  Kesalahan-kesalahan yang sangat menonjol diantaranya adalah kebebasan dalam nafsu birahi yang mereka utamakan.  Dewa-dewa mereaka yang berlagak berfoya-foya dan nafsu birahi.  Kuil-kuil dewa mereka sudah biasa menjadi pusat segala kejahatan dan kemesuman.
            Di Kota Korintus tepatnya di Akropolois Terdapat kuil Aprodite, kuil dewi cinta.  Di dalam kuil tersebut terdapat seribu imam wanita yang sebenarnya adalah pelacur-pelacur yang dianggap suci.  Demi kepentingan sang dewi, imam-imam wanita itu tiap malam turun kejalan untuk menjajakan tubuh mereka.

<

Etika Politik "Bolehkah seorang Hamba Tuhan terlibat dalam dunia politik"


Pendahuluan
Bila berbicara mengenai politik, maka akan banyak orang bertanya apakah dalam berpolitik benar-benar dibutuhkan sebuah etika.  Banyak orang menganggap politik itu penuh dengan kepalsuan, kekerasan, ketidak jujuran dan saling menjatuhkan satu sama lainnya serta perebutan kekuasaan.  Yang menjadi pertanyaan sekarang apakah orang Kristen boleh terlibat aktif dalam dunia politik khususnya bagi seorang Pendeta? 
Melalui paper ini penulis berusaha akan menjawab pertanyaan di atas.  Melalui bantuan buku-buku dan sumber yang ada untuk memperkuat jawaban.  Penulis berharap hasil paper ini dapat memberikan jawaban yang sesuai, sehingga karya ini bisa menjadi bahan penelitian untuk menambah wawasan.


BAB  I
            Sebelum berbicara lebih jauh mengenai Etika Politik, tidaklah salah jika terlebih dahulu dalam paper ini membahas arti Etika politik itu sendiri.  Karena ruang lingkup Etika politik itu sendiri sangat luas maka dalam paper ini akan membahas mengenai Etika politik secara umum.  Dalam politik tidaklah lepas dari kuasa atau kekuasaan pemerintah.