PENDAHULUAN
Apakah yang dimaksud dengan istilah persepsi? Tugas ini diberikan kepada penulis sebagai syarat mengikuti mata kuliah psikologi umum. Istilah persepsi bagi penulis sendiri sangat asing. Dari mendengarkan namanya saja kedengaran bahwa persepsi itu berasal dari bahasa asing. Melalui paper ini penulis mencoba untuk mencari apa arti kata persepsi itu dan mencoba menyelidiki lebih dalam lagi mengenai kata itu, bukan hanya arti katanya saja tetapi juga hal-hal yang berhubungan dengan istilah kata persepsi itu sendiri.
Penulis telah mencari dari beberapa sumber dari internet untuk mencari arti istilah kata Persepsi serta hal-hal yang berhubungan dengan persepsi. Sumber-sumber tersebut diyakini kebenarannya oleh penulis karena dilihat dari latarbelakang penulisnya. Melalui paper ini, penulis berharap dapat menjawab dan menyelesaikan tugas psikologi umum dengan baik. Dan bagi para pembaca dapat memahami isi tulisan ini dengan baik pula.
Latar Belakang
Di dalam psikologi umum terdapat empat materi pembelajaran yang akan dipelajari. Materi-materi tersebut adalah Motifasi, Persepsi, Belajar, dan Emosi. Keempat materi tersebut sangat penting untuk dipelajari mengngat di dalam diri setiap manusia memiliki keempat sikap tersebut. Keempat materi tersebut juga sangat menarik untuk dipelajari, mengingat akan kebutuhan mahasiswa teologi yang perlu mengembangkan pelayanannya. Keempat materi tersebut dapat diterapkan di mana kita melayani jemaat
Psikologi adalah ilmu yang berhubungan erat dengan kepribadian manusia. Dalam pelayanan psikologi dapat membatu kita untuk melayani jemaat. Salah satunya adalah psikologi persepsi yang dapat dipakai oleh para mahasiswa sekolah teologi dalam mengambil setiap kesimpulannya atau keputusannya yang dilihat dan memperhitungkan dari setiap sudut pandang. Sehingga setiap para mahasiswa dapat mengambil kesimpulan dengan bijaksana.
PERSEPSI
Pengertian
Persepsi
Persepsi adalah suatu proses pengenalan
atau identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indera (Dreverdalam Sasanti,
2003). Kesan yang diterima individu sangat tergantung pada seluruh pengalaman
yang telah diperoleh melalui proses berpikir dan belajar, serta dipengaruhi
oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu.
Sabri (1993) mendefinisikan persepsi
sebagai aktivitas yang memungkinkan manusia mengendalikan rangsangan-rangsangan
yang sampai kepadanya melalui alat inderanya, menjadikannya kemampuan itulah
dimungkinkan individu mengenali milleu (lingkungan pergaulan) hidupnya. Proses
persepsi terdiri dari tiga tahap yaitu tahapan pertama terjadi pada pengideraan
diorganisir berdasarkan prinsip-prinsip tertentu, tahapan ketiga yaitu
stimulasi pada penginderaan diinterprestasikan dan dievaluasi.
Mar’at mengatakan bahwa persepsi adalah
suatu proses pengamatan seseorang yang berasal dari suatu kognisi secara terus
menerus dan dipengaruhi oleh informasi baru dari lingkungannya. Riggio (1990)
juga mendefinisikan persepsi sebagai proses kognitif baik lewat penginderaan,
pandangan, penciuman dan perasaan yang kemudian ditafsirkan.
Mar'at (Aryanti, 1995) mengemukakan bahwa persepsi di pengaruhi oleh faktor pengalaman,
Mar'at (Aryanti, 1995) mengemukakan bahwa persepsi di pengaruhi oleh faktor pengalaman,
proses belajar, cakrawala, dan pengetahuan
terhadap objek psikologis. Rahmat (dalam Aryanti, 1995) mengemukakan bahwa
persepsi juga ditentukan juga oleh faktor fungsional dan struktural. Beberapa
faktor fungsional atau faktor yang bersifat personal antara kebutuhan individu,
pengalaman, usia, masa lalu, kepribadian, jenis kelamin, dan lain-lain yang
bersifat subyektif. Faktor struktural atau faktor dari luar individu antara
lain: lingkungan keluarga, hukum-hukum yang berlaku, dan nilai-nilai dalam
masyarakat. Jadi, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terdiri dari faktor
personal dan struktural. Faktor-faktor personal antara lain pengalaman, proses
belajar, kebutuhan, motif dan pengetahuan terhadap obyek psikologis.
Faktor-faktor struktural meliputi
lingkungan keadaan sosial, hukum yang berlaku, nilai-nilai dalam
masyarakat. Pelaku orang lain dan
menarik kesimpulan tentang penyebab perilaku tersebut atribusi dapat terjadi
bila:
1. Suatu kejadian yang tidak biasa menarik
perhatian seseorang.
2. Suatu kejadian memiliki konsekuensi yang
bersifat personal.
3. Seseorang ingin mengetahui motif yang
melatarbelakangi orang lain (Shaver, 1981;
Lestari,
1999).
Brems & Kassin (dalam Lestari, 1999)
mengatakan bahwa persepsi sosial memiliki beberapa elemen, yaitu:
a. Person, yaitu orang yang menilai orang lain.
b. Situasional, urutan kejadian yang terbentuk berdasarkan pengalaman orang untuk meniiai
b. Situasional, urutan kejadian yang terbentuk berdasarkan pengalaman orang untuk meniiai
sesuatu.
c. Behavior, yaitu sesuatu yang di lakukan oleh orang lain. Ada dua pandangan mengenai
c. Behavior, yaitu sesuatu yang di lakukan oleh orang lain. Ada dua pandangan mengenai
proses persepsi,
yaitu:
1.
Persepsi
sosial, berlangsung cepat dan otomatis tanpa banyak pertimbangan
orang membuat kesimpulan tentang orang lain dengan cepat berdasarkan
penampilan fisik dan perhatian sekilas.
2.
Persepsi
sosial, adalah sebuah proses yang kompleks, orang mengamati perilaku orang lain
dengan teliti hingga di peroleh analisis secara lengkap terhadap person,
situasional, dan behaviour. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa persepsi suatu proses
aktif timbulnya kesadaran dengan segera terhadap suatu obyek yang merupakan
faktor internal serta eksternal individu meliputi keberadaan objek, kejadian
dan orang lain melalui pemberian nilai terhadap objek tersebut. Sejumlah informasi dari luar mungkin tidak
disadari, dihilangkan atau disalahartikan. Mekanisme penginderaan manusia yang
kurang sempurna merupakan salah satu sumber kesalahan persepsi (Bartol &
Bartol, 1994).[1]
Menurut para Ahli
1. Persepsi merupakan proses yang terjadi di
dalam diri individu yang dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang
itu disadari dan dimengerti oleh individu sehingga individu dapat mengenali
dirinya sendiri dan keadaan di sekitarnya (Bimo Walgito).
2.
Persepsi
merupakan proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap stimulus oleh
organisme atau individu sehingga didapat sesuatu yang berarti dan merupakan
aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu (Davidoff).
3.
Persepsi
ialah interpretasi tentang apa yang diinderakan atau dirasakan individu
(Bower).
4.
Persepsi
merupakan suatu proses pengenalan maupun proses pemberian arti terhadap
lingkungan oleh individu (Gibson).
5.
Persepsi
juga mencakup konteks kehidupan sosial, sehingga dikenallah persepsi sosial.
Persepsi social merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri seseorang yang
bertujuan untuk mengetahui, menginterpretasi, dan mengevaluasi orang lain yang
dipersepsi, baik mengenai sifatnya, kualitasnya, ataupun keadaan lain yang ada
dalam diri orang yang dipersepsi sehingga terbentuk gambaran mengenai orang
lain sebagai objek persepsi tersebut (Lindzey & Aronson).
6.
Persepsi
merupakan proses pemberian arti terhadaplingkungan oleh seorang individu
(Krech).
7. Persepsi merupakan suatu proses yang
dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri
individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya.[2]
Menurut Para
Tokoh
1. Kotler (2000) menjelaskan persepsi sebagai
proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan
masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti.[3]
2. Mangkunegara (dalam Arindita, 2002)
berpendapat bahwa persepsi adalah suatu proses pemberian arti atau makna
terhadap lingkungan. Dalam hal ini persepsi mecakup penafsiran obyek,
penerimaan stimulus (Input), pengorganisasian stimulus, dan penafsiran terhadap
stimulus yang telah diorganisasikan dengan cara mempengaruhi perilaku dan
pembentukan sikap.[4]
3. Robbins (2003) mendeskripsikan persepsi
dalam kaitannya dengan lingkungan, yaitu sebagai proses di mana
individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar
memberi makna kepada lingkungan mereka.[5]
4. Walgito (1993) mengemukakan bahwa persepsi
seseorang merupakan proses aktif yang memegang peranan, bukan hanya stimulus
yang mengenainya tetapi juga individu sebagai satu kesatuan dengan
pengalaman-pengalamannya, motivasi serta sikapnya yang relevan dalam menanggapi
stimulus. Individu dalam hubungannya dengan dunia luar selalu melakukan
pengamatan untuk dapat mengartikan rangsangan yang diterima dan alat indera
dipergunakan sebagai penghubungan antara individu dengan dunia luar. Agar
proses pengamatan itu terjadi, maka diperlukan objek yang diamati alat indera
yang cukup baik dan perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan
dalam mengadakan pengamatan. Persepsi dalam arti umum adalah pandangan
seseorang terhadap sesuatu yang akan membuat respon bagaimana dan dengan apa
seseorang akan bertindak.[6]
5. Leavitt (dalam Rosyadi, 2001) membedakan
persepsi menjadi dua pandangan, yaitu pandangan secara sempit dan luas.
Pandangan yang sempit mengartikan persepsi sebagai penglihatan, bagaimana
seseorang melihat sesuatu. Sedangkan pandangan yang luas mengartikannya sebagai
bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Sebagian besar dari
individu menyadari bahwa dunia yang sebagaimana dilihat tidak selalu sama
dengan kenyataan, jadi berbeda dengan pendekatan sempit, tidak hanya sekedar
melihat sesuatu tapi lebih pada
pengertiannya terhadap sesuatu tersebut.[7]
6. Persepsi berarti analisis mengenai cara
mengintegrasikan penerapan kita terhadap hal-hal di sekeliling individu dengan
kesan-kesan atau konsep yang sudah ada, dan selanjutnya mengenali benda
tersebut. Untuk memahami hal ini, akan diberikan contoh sebagai berikut:
individu baru pertama kali menjumpai buah yang sebelumnya tidak kita kenali,
dan kemudian ada orang yang memberitahu kita bahwa buah itu namanya mangga.
Individu kemudian mengamati serta menelaah bentuk, rasa, dan lain sebagainya,
dari buah itu secara saksama. Lalu timbul konsep mengenai mangga dalam benak
(memori) individu. Pada kesempatan lainnya, saat menjumpai buah yang sama, maka
individu akan menggunakan kesan-kesan dan konsep yang telah kita miliki untuk
mengenali bahwa yang kita lihat itu adalah mangga.
Faktor-faktor yang ada di dalam Persepsi
Objek
Objek merupakan sesuatu atau benda yang menjadi
pusat perhatian setiap individu. Objek
tersebut bisa berupa benda kelihatan atau sesuatu yang tidak kelihatan. Sesustu yang nyata itu contohnya adalah
gambar atau lukisan, patung. Sesuatu
yang tidak kelihatan itu adalah sikap, moral,dan etika seseorang yang menjadi
fokus orang lain.
Indera
Indera adalah bagian tubuh manusia yang berguna
untuk membatu manusia tersebut untuk dapat mengenali, merasakan sesuatu. Manusia yang hidup secara normal biasanya
memiliki lima alat panca indera. Panca
indera-panca indera manusia tersebut adalah mata, telinga, hidung, lidah,
kulit.
Perhatian
Perhatian adalah bagaimana
kita memperhatikan suatu objek tertentu sehingga kita bisa menyikapi obyek
tersebut, sesuai sisi mana yang kita perhatikan. Sudut pandang dalam
memperhtikan suatu objek mempengaruhi hasil akhir kesimpulan yang akan kita
ambil nantinya.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Thoha (1993) berpendapat bahwa persepsi pada
umumnya terjadi karena dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal berasal dari dlam diri individu, misalnya sikap, kebiasaan, dan
kemauan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar
individu yang meliputi stimulus itu sendiri, baik sosial maupun fisik.
Dijelaskan oleh Robbins (2003) bahwa meskipun
individu-individu memandang pada satu benda yang sama, mereka dapat mempersepsikannya
berbeda-beda. Ada sejumlah faktor yang bekerja untuk membentuk dan terkadang
memutar-balikkan persepsi. Faktor-faktor ini dari :
1. Pelaku persepsi (perceiver)
2. Objek atau yang dipersepsikan
3. Konteks dari situasi dimana
persepsi itu dilakukan
Berbeda dengan persepsi terhadap benda mati
seperti meja, mesin atau gedung,
persepsi terhadap individu
adalah kesimpulan yang berdasarkan tindakan orang tersebut.
Objek yang tidak hidup dikenai
hukum-hukum alam tetapi tidak mempunyai keyakinan,
motif atau maksud seperti yang
ada pada manusia. Akibatnya individu akan berusaha
mengembangkan
penjelasan-penjelasan mengapa berperilaku dengan cara-cara tertentu.
Oleh karena itu, persepsi dan
penilaian individu terhadap seseorang akan cukup banyak
dipengaruhi oleh
pengandaian-pengadaian yang diambil mengenai keadaan internal
orang itu (Robbins, 2003).[8]
Gilmer (dalam Hapsari, 2004) menyatakan bahwa
persepsi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor belajar,
motivasi, dan pemerhati perseptor atau pemersepsi ketika proses persepsi
terjadi. Dan karena ada beberapa faktor yang bersifat yang bersifat subyektif
yang mempengaruhi, maka kesan yang diperoleh masing-masing individu akan
berbeda satu sama lain.
Oskamp (dalam Hamka, 2002) membagi empat
karakteristik penting dari faktor-faktor pribadi dan sosial yang terdapat dalam
persepsi, yaitu:
a. Faktor-faktor ciri dari objek
stimulus.
b. Faktor-faktor pribadi seperti
intelegensi, minat.
c. Faktor-faktor pengaruh
kelompok.
d. Faktor-faktor perbedaan latar
belakang kultural.
Persepsi individu dipengaruhi oleh faktor
fungsional dan struktural. Faktor
fungsional ialah
faktor-faktor yang bersifat personal. Misalnya kebutuhan individu, usia,
pengalaman masa lalu,
kepribadian,jenis kelamin, dan hal-hal lain yang bersifat
subjektif. Faktor struktural
adalah faktor di luar individu, misalnya lingkungan, budaya,
dan norma sosial sangat
berpengaruh terhadap seseorang dalam mempresepsikan
sesuatu. Dari uraian di atas dapat ditarik sebuah
kesimpulan, bahwa persepsi
dipengaruhi oleh beberapa
faktor internal dan eksternal, yaitu faktor pemersepsi
(perceiver), obyek yang
dipersepsi dan konteks situasi persepsi dilakukan.[9]
Aspek-aspek Persepsi
Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu
interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut menurut
Allport (dalam Mar'at, 1991) ada tiga yaitu:
1. Komponen kognitif
Yaitu komponen yang tersusun atas dasar
pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang
tentang obyek sikapnya. Dari
pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan
tertentu
tentang obyek sikap
tersebut.
2. Komponen Afektif
Afektif berhubungan dengan rasa senang dan
tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif
yang berhubungan erat dengan
nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.
3. Komponen Konatif
Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk
bertingkah laku yang berhubungan
dengan obyek sikapnya.[10]
Baron dan Byrne, juga Myers (dalam Gerungan, 1996)
menyatakan bahwa sikap itu
mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu:
1. Komponen kognitif (komponen
perseptual)
yaitu komponen yang berkaitan dengan
pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu
hal-hal yang berhubungan
dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.
2. Komponen afektif (komponen
emosional)
yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa
senang atau tidak senang terhadap
objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif,
sedangkan rasa tidak senang
merupakan hal yang negatif.
3. Komponen konatif (komponen perilaku,
atau action component)
yaitu komponen yang berhubungan dengan
kecenderungan bertindak terhadap objek
sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap,
yaitu menunjukkan besar kecilnya
kecenderungan bertindak atau
berperilaku seseorang terhadap objek sikap.[11]
Rokeach (Walgito, 2003) memberikan pengertian
bahwa dalam persepsi terkandung komponen kognitif dan juga komponen konatif,
yaitu sikap merupakan predisposing untuk merespons, untuk berperilaku. Ini
berarti bahwa sikap berkaitan dengan perilaku, sikap merupakan predis posisi
untuk berbuat atau berperilaku.
Dari batasan ini juga dapat dikemukakan bahwa
persepsi mengandung komponen kognitif, komponen afektif, dan juga komponen
konatif, yaitu merupakan kesediaan untuk bertindak atau berperilaku. Sikap
seseorang pada suatu obyek sikap merupakan manifestasi dari kontelasi ketiga
komponen tersebut yang saling berinteraksi untuk memahami, merasakan dan
berperilaku terhadap obyek sikap. Ketiga komponen itu saling berinterelasi dan
konsisten satu dengan lainnya. Jadi, terdapat pengorganisasian secara internal
diantara ketiga komponen tersebut.[12]
Hukum Persepsi
Hukum kedekatan
Hukum ini menyatakan bahwa sesuatu stimulus saling
berdekatan satu sama lain akan ada kecenderungan untuk dipersepsi sebagai sutu
keseluruhan.
Contoh: Kita akan melihat sama apabila kita menemukan dua orang yang
bersahabat akrab.(si A jujur kita pasti juga menganggap si B juga jujur).
Hukum Figure Ground (bentuk dasar)
Hukum ini menyatakan bahwa seseorang melihat
sesuatu berdasarkian bentuk dasarnya.
Misalnya ornga melihat sebuah fondasi bangunan sebuah gedung yang berbentuk
persegi, maka orang tersebut akan memiliki kesimpulan bahwa bangun yang akan
dibangun tersebut akan memiliki bentuk persegi sesuai fondasinya, meskipun
bangunan gedung tersebut belum dibanagun atau didirikan. Orang tersebut bisa mengambil kesimpulan ini
karena dia melihat bentuk dasar dari bangunan itu.
Hukum kesamaan
Hukum ini mengatakan bahwa stimulus/objek yang sama akan dipersepsi sebagai
suatu kesatuan/keseluruhan. Hukum ini hampir sama dengan hukum yang pertama.
Proses Persepsi dan Sifat Persepsi
Alport (dalam Mar’at, 1991) proses persepsi
merupakan suatu proses kognitif yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, dan
pengetahuan individu. Pengalaman dan proses belajar akan memberikan bentuk dan
struktur bagi objek yang ditangkap panca indera, sedangkan pengetahuan dan
cakrawala akan memberikan arti terhadap objek yang ditangkap individu, dan
akhirnya komponen individu akan berperan dalam menentukan tersedianya jawaban
yang berupa sikap dan tingkah laku individu terhadap objek yang ada.
Walgito (dalam Hamka, 2002) terjadinya persepsi
merupakan suatu yang terjadi dalam tahap-tahap berikut:
1. Tahap pertama
Merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses
kealaman atau proses fisik,
merupakan proses ditangkapnya
suatu stimulus oleh alat indera manusia.
2. Tahap kedua
Merupakan tahap yang dikenal dengan proses
fisiologis, merupakan proses
diteruskannya stimulus yang
diterima oleh reseptor (alat indera) melalui saraf-saraf
sensoris.
3. Tahap ketiga
Merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses
psikologik, merupakan proses
timbulnya kesadaran individu
tentang stimulus yang diterima reseptor.
4. Tahap ke empat,
Merupakan hasil yang diperoleh dari proses
persepsi yaitu berupa tanggapan dan
Perilaku Berdasarkan pendapat
para ahli yang telah dikemukakan, bahwa proses
persepsi melalui tiga tahap,
yaitu:
1. Tahap penerimaan stimulus, baik
stimulus fisik maupun stimulus sosial melalui alat
indera manusia, yang dalam
proses ini mencakup pula pengenalan dan pengumpulan
informasi tentang stimulus yang
ada.
2. Tahap pengolahan stimulus sosial
melalui proses seleksi serta pengorganisasian
informasi.
3. Tahap perubahan stimulus yang
diterima individu dalam menanggapi lingkungan
melalui proses
kognisi yang dipengaruhi oleh
pengalaman, cakrawala, serta pengetahuan individu.[13]
Menurut Newcomb (dalam Arindita, 2003), ada beberapa sifat yang menyertai
proses persepsi, yaitu:
1. Konstansi (menetap): Dimana
individu mempersepsikan seseorang sebagai orang itu
sendiri walaupun perilaku
yang ditampilkan berbeda-beda.
2. Selektif: persepsi
dipengaruhi oleh keadaan psikologis si perseptor. Dalam arti bahwa
banyaknya informasi dalam
waktu yang bersamaan dan keterbatasan kemampuan
perseptor dalam mengelola dan
menyerap informasi tersebut, sehingga hanya informasi
tertentu saja yang diterima
dan diserap.
3. Proses organisasi yang
selektif: beberapa kumpulan informasi yang sama dapat disusun
ke dalam pola-pola menurut
cara yang berbeda-beda.[14]
[2]http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/1837978-definisi-persepsi/melalui
indera-indera yang dimilikinya.
[3]Philip
Kotler. Marketing Manajemen: Analysis, Planning, implementation, and Control
9th Edition, Prentice Hall International, Int, New Yersey,_________, 2000.
[4]Arindita, S. Hubungan antara Persepsi
Kualitas Pelayanan dan Citra Bank dengan Loyalitas Nasabah. Skrips,
Surakarta: Fakultas Psikologi UMS, 2003.
[6]Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi
Umum, Yogyakarta: Andi, 2003.
[7]Rosyadi,
I. Keunggulan kompetitif berkelanjutan melalui capabilities-based
competition: Memikirkan kembali tentang persaingan berbasis kemampuan. Jurnal
BENEFIT, vol. 5, No. 1, Surakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2001.
[8]Robbins,
S.P. Perilaku Organisasi. Jilid I, Jakarta: PT INDEKS Kelompok Garmedia,
2003.
[9]Hamka, Muhammad. Hubungan
Antara Persepsi Terhadap Pengawasan Kerja dengan Motivasi Berprestasi. Skrips,.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Fakultas Psikologi, 2002.
[10]___________, Sikap
Manusia Perubahan Serta Pengukurannya, Jakarta: Ghalia Indonesia,1991.
12
Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Andi, 2003.
[13]Ibid
[14]Arindita, S. Hubungan antara Persepsi
Kualitas Pelayanan dan Citra Bank dengan Loyalitas Nasabah. Skrips,
Surakarta: Fakultas Psikologi UMS, 2003.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
saran dan komentar harus sopan dan membangun